Kamis, 22 April 2010

Selamat pagi, dunia yg indah.
Pagi ini udara segar sekali. Badan juga terasa bugar, terima kasih Tuhan, telah memberi kenikmatan yang luar biasa ini. Udara yang segar dan sedikit dingin, setelah hampir separoh sore kemarin kota Solo disiram hujan, meski tidak begitu deras, menambah nyenyak tidurku semalam. Terima kasih lagi ya Allah.
Sambil menikmati sepiring nasi putih dan rempeyek kacang kiriman dari kakak, dan sebungkus 'bothok' udang buatan istri tercinta, kuraih remote control televisi dan kutekan tombol on; kucari-cari channel yang bisa menambah kenikmatanku menyantap sarapan, pikirku. Tak satu pun channel yang mampu 'menghibur' dan menambah kenikmatanku makan pagi. Satu stasiun menyiarkan gosip-gosip murahan para public figur yang ternyata tak pantas dijadikan hidangan publik.
Satu stasiun televisi lain menyiarkan bentrokan antar pelajar di suatu kota; kok bisa ya mereka berkeliaran dan berkejaran di jalan sambil menenteng senjata (apa saja), mengacuhkan ramainya lalu lintas. Stasiun yang lainnya juga tidak jauh beda; bentrokan antar mahasiswa di suatu wilayah (dan hampir tiap hari berita seperti itu terjadi); terus kapan mereka belajar, bagaimana dengan kuliahnya, dan untuk urusan apa sih mereka rela ber'sakit-sakit' , berpanas-panas, berteriak-teriak, bahkan berkelahi satu kelompok dengan kelompok yang lain, malah sering juga berkejar-kejaran dengan aparat? Apa sih tujuan mereka kuliah? Untuk duduk di bangku kuliah mendengarkan materi-materi perkuliahan, ataukah untuk menggalang kekuatan hanya untuk berdemonstrasi-ria yang seringkali tak mereka ketahui apa yang mereka demo-kan, pun kadang apa yang mereka demo-kan tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktivitas dan kepentingan mereka. Hah???!!! Ada juga stasiun yang menayangkan para wakil terhormat kita di dewan yang 'gontok-gontokan' di suatu siang yang terhormat pula harusnya. mereka saling sindir, saling serang, saling koreksi, dan saling mengumpat, dan 'gila'nya hampir 9untung masih hampir) saling pukul. Astaghfirullah! Tak terasa tangan ini sudah mengelus-elus dada (dada saya sendiri lho!) tanda prihatin dan berusaha sabar yang mendalam.
Terpaksa, pilihan tertuju pada salah satu stasiun yang menayangkan berita seputar kasus-kasus korupsi yang terjadi di negeri yang memang menurut suatu sumber merupakan tiga negara urutan teratas tingkat korupsinya. wow! Masya Allah! Di mana-mana ada korupsi, yang tak tanggung-tanggung, mencapai trilyunan rupiah, dan hebatnya banyak diantara mereka yang dengan bebas ber'piknik' ria di negeri tetangga, tanpa takut terusik dengan perkara-perkara. Enak kali dia, pikir saya. Sudah menguras harta negara, hidup foya-foya, tanpa kena denda, dan ada yang back-up pula. Wow! (lagi) Negara macam apa ini? Kayak negeri srimulat aja; LUCU! LUCU SEKALI malah!
Meski tidak 'terhibur' dengan tayangan-tayangan tadi, toh nasi di piring tinggal sendokan terakhir. Habis juga ternyata. (pasti karena enaknya masakan istri dan kakak tercinta) Beranjak aku ke tempat cuci piring, sambil mencuci piring dan sendok aku mengotak-atik dan mengulur-ulur pikiran; kenapa ya tidak ada berita yang menyenangkan di negeri yang konon katanya gemah ripah lohjinawi ini. Kenapa tak ada berita-berita yang 'merdu' di telinga ini. Kenapa tak ada berita-berita yang menyenangkan dan mengenakkan hati ini. Mengalirnya air kran selaras dengan terus mengalirnya pikiran ini; mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa?
Kuletakkan piring dan gelas ke rak. Tak sengaja tangan kiri saya 'nyenggol' kalender yang memang tak terpasang dengan sempurna. Tentu saja kupasang lagi dan kuperkuat kaitannya. Sambil masang kalender sambil melihat sekilas, ternyata bulan ini bulan April hampir habis, sudah tanggal tua, demikian kata orang. Berarti sebentar lagi tanggal baru, tanggal muda, gajian! Alhamdulillah! Tapi demi Allah, bukan itu yang melintas di pikiranku. Aku tersadar, bulan depan bulan Mei, berarti tanggal dua Mei ada upacara Hari Pendidikan Nasional. Kenapa? Karena aku adalah seorang guru, profesi yang sangat aku idamkan dari sejak kecil. Profesi yang sangat membuatku bangga. Profesi yang juga membuat orang tuaku bangga, karena meski hanya seorang 'tukang dokar' beliau telah berhasil 'menjadikanku' orang yang 'bermafnaat' dan berjasa dan juga ikut memiliki andil dalam perkembangan negeri ini. Tentu saja hari Pendidikan Nasional adalah hari yang istimewa buatku.
Pesan-pesan almarhum bapak kembali terngiang di pikiranku; guru merupakan pekerjaan yang luhur dan mulia, guru harus bisa digugu dan ditiru, guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik, guru berperan sangat penting bagi perkembangan negeri ini, guru lah yang akan membuat 'hitam-putih' nya negeri ini. Di tangan guru lah masa depan negeri ini dipertaruhkan. Maka, berjuanglah dan berbuatlah yang terbaik bagi negeri ini. Ciptakan generasi yang bisa mengangkat derajad dan mengharunkan nama bangsa ini.
Kembali berita-berita 'menyedihkan' pagi tadi menyeruak ke permukaan pikiranku. Kuurai-urai dan kutelusuri; kita para guru kah yang telah salah mendidik bangsa ini, kita para guru kah yang telah keliru menanamkan nilai-nilai kemuliaan dan keluhuran budi ke dalam hati para anak didik kita selama ini; kita para guru kah yang dengan tidak sengaja meracuni dan membuai mimpi para generasi penerus bangsa ini; atau kita para guru kah yang lupa menanamkan kepada para anak didik kita cara menghargai sesamanya dan menghormati generasi pendahulu kita? Mungkin benar! Kita telah lupa menanamkan kepada anak-anak kita nilai-nilai luhur bangsa ini. Kita lupa mencontohkan kepada anak didik kita cara berkomunikasi yang baik dan santun. kita mungkin lupa bahwa kita hanya boleh mengambil hak-hak kita saja, bukan hak orang lain. Kita pasti lupa memberitahukan kepada mereka bahwa mengambil hak orang lain itu sama dengan mencuri, dan mencuri adalah perbuatan yang tercela! Dosa! Kita pasti lupa menerangkan kepada mereka bahwa negara ini dibangun oleh kita sendiri, jadi kenapa harus kita rusak sendiri? Dan kita pasti lupa memberitahu mereka bahwa kelak kalau kita mati, kita tidak membawa apa-apa kecuali kain putih beberapa lembar saja dan hanya tanah seluas 2 x 1 meter saja yang kita butuhkan, jadi kenapa harus berfoya-foya mengumpulkan harta dengan cara tercela dan tanah yang luas dengan cara memeras.
Jadi, wahai para guru, mari kita ber-istighfar, mohon ampun kepada Tuhan atas dosa dan alpa yang (mungkin) telah kita perbuat. Dan mari berdoa semoga prahara di bumi nusantara ini akan segera sirna. Negera yang gemah ripah lohjinawi tata tentrem kertaraharja semoga akan segera terwujud, meski perlahan.
Amin yarabbalalamin.

Rabu, 21 April 2010

pemanfaatan TIK


Selamat pagi, bapak ibu guru sebangsa dan setanah air. Dunia berkembang pesat. Juga teknologi informasi. Dunia pendidikan pun tak akan lepas dari perkembangan teknologi informasi tersebut. Maka tak bijak rasanya kalau pesatnya perkembangan tersebut semakin jauh meninggalkan kita. Dengan semangat meningkatkan mutu pendidikan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; sudah seharusnya kalau kita ... .
Maaf, di atas adalh sekedar main-main aja. Ini masih belajar memanfaatkan blog. Ajaran gitu dech ceritanya. Makanya harap maklum ya... .